MOS...APA MANFAATNYA?

Saat ini ramai dibicarakan para orang tua murid adalah tentang MOS (Masa Orientasi Sekolah), kegiatan Mos yang dilakukan oleh para kakak kelas (senior) kepada para siswa atau mahasiswa yang baru diterima pada tiap sekolah tertentu, biasanya kegiatan ini dilakukan pada para siswa/siswi baru bagi SLTP, SLTA dan Mahasiswa/I, bahkan ada setingkat SD juga bisa dilakukan. 

Pada awal Tahun 1970, MOS (Masa orientasi Siswa) gencar dilakukan oleh sekolah hingga sampai sekarang, namun kegiatan ini walau disetujui oleh pihak sekolah berbeda beda dalam acara tersebut, bagi masing-masing sekolah. 

Ragam mos yang dilakukan, ada yang sederhana, ada yg cukup memberatkan,  bahkan ada yang diselingi dengan kekerasan, sehingga pernah ada yang menimbulkan korban jiwa seperti yang pernah diberitakan oleh media cetak dan media elektronik dimana masalah ini sampai ke Ranah hukum dan ada yang terpidana dan ada pengurus sekolah yang hingga dipecat. 

Sekarang bagaimana kita sebagai orang tua menyikapi hal ini? dimana anaknya harus mengikuti Mos karena diterima pada sekolah yang dituju. Bahkan apa dampak kegiatan Mos itu mempunyai pengaruh mental bagi siswa baru itu. 

Selama ini kami belum menemukan manfaat Mos bagi siswa baru, dimana kami sendiri pernah di Mapras (istilah lain Mos) ketika masuk SMK. Kami rasakan tidak ada pengaruh yang signifikan buat peningkatan mental kami, malah bisa menimbulkan rasa dendam pada kakak kelas tertentu yang dirasa menyinggung perasaan, dipermalukan, diejek, diperolok, bahkan ada kekerasan juga disitu. 

Namun bagaimana kita membalas perlakuan itu pada Panitia Mos? hal ini tak mungkin dan tak bisa kita lakukan karena pertimbangan tertentu, ini pun belum tentu dibenarkan oleh pihak sekolah sebab kegiatan ini adalah termasuk program sekolah yang rutin dilakukan setiap tahun. 

Timbul rasa pelampiasan rasa kesal dan kecewa pada siswa-siswa yang baru diterima dan kini mereka menjadi kakak kelas seperti apa yang mereka rasakan ketika saat MOS tahun lalu. Ada yang lebih parah lagi dimana para eksekutor (kakak kelas) melampiaskn kekesalannya lebih pada apa yang mereka rasakan.
Timbul suatu perkara yang membuat kegiatan Mapras ini semakin keras dan dampaknya seperti ada hal-hal yang tidak layak menjadi layak, karena masing masing siswa berlainan sifat dan karakternya, baik kakak kelas maupun siswa baru tersebut. 

Bisakah hal ini dikontrol oleh para guru atau dosen?, baik kegiatan Mos itu maupun masalah yang kadang timbul pada waktu kegiatan itu berlangsung. Kita mana tahu hal ini sebagai orang tua yang juga menerima kegiatan ini seperti aturan yang mesti dipenuhi dan diterima oleh siswa/mahasiswa baru dan para Orang tua mereka. 

Sekarang bagaimana sikap kita menghadapi hal ini? Inilah inti dari masalah yang kita perlu lakukan agar semua pihak dan Kegiatan Mos itu bisa bermanfaat bagi anak anak didik kita. Ada beberapa hal yang perlu disikap dalam hal ini agar pihak sekolah dan para orang tua bisa sejalan dalam melaksanakan kegiatan Mos tersebut. 

Dalam hal ini tidak ada yang lebih baik bagi para orang tua untuk mengetahui acara kegiatan itu, jika kegiatannya masih batas normal dan mendidik maka sebaiknya kita dukung, namun sebaliknya jika kegiatan itu dirasakan tidak baik dan melampaui batas maka kita sebagai orang tua harus berani menegor dan mengkritik kegiatan itu kepada para gurunya. 

Jika ada pengawasan dan kontrol orang tua yang bisa hadir kesekolah kalau perlu terus mengawasi acara Mos itu. Orang tua harus berani menegur dan berperan aktif agar pelaksanaan Mos itu berjalan sesuai yang diharapkan semua pihak. 

Jadi kesimpulannya adalah selama MOS (Mapras) itu berjalan secara wajar dan mempunyai dampak yang positif maka kita sebagai orang tua mendukung dan mensuport anak didik kita dibawah pengawasan guru dan melibatkan orang tua sebagai bentuk peduli dan peran serta dalam kemajuan pendidikan demi masa depan anak anak mereka. 

Jadi selama ini yang ramai di perbincangan di Facebook maupun dimasyarakat yang tidak suka, tidak menyetujui dan sebaiknya dihapus, itu sah sah saja orang berpendapat sesuai dengan argumentnya masing masing. 

Tapi kenyataannya kegiatan tersebut masih banyak sekolah melakukannya. Pemerintah pun belum bisa melarang kegiatan itu, jika ada penyimpangan dan kekerasan yang dilakukan oleh para seniornya itupun ada ancaman hukumannya namun bukan kegiatan Mos itu yang dihapus karena ada banyak juga yang menerapkan Mos secara wajar dan normal. 

Jadi itu semua kita kembalikan pada diri kita masing masing baik kita selaku orang tua, pihak sekolah dan siswa/Mahasiswanya.

Artikel Kiriman : Ichwan Lazuardi

Posting Komentar

0 Komentar

Terkini